April 12, 2012

Just Write


ku temukan jejak sandiwara bertengger manis di kelopak matamu. 
menajam dan menikung di sudut matamu yang mulai merah.

tipuan melata. membabu di ujung kakimu. meraja di setiap kata dan laku.

dan seonggok sisa pesta malam menjerit kehilangan rupa.


ketidakpercayaanku akan lidah yang menari-nari liar menyusun kata cinta masih sangat tinggi. 
bahkan ketika sumpah pun telah mengudara bersama janji. 
ya, kertidakseratusan persen harus tetap dijunjung tinggi. 
mulutmu, harimaumu bro...

aku lucuti perasaku sampai bungkam. 
Lalu kemudian aku rajam dia dengan sebilah garis keterpurukan. 
Yang pada akhirnya hanya akan tertawa mempertayangkan halusinasi gilanya.

wajahmu menari gila menenteng pesan duka. 
menekan pandang menjadi buram.
lalu kelebatan ruang sendu mengoyak ingatan.
memaksa mata memerah garang.

ku jejali pikiranku dengan butiran salju tawa darinya.
hanya ketika kesakitan melaju bara duka
wajahmu meniadakan gembira yang lama telah ku pajang
hingga bulir air mata melesat, mencuat

sandiwaramu bersama Sinta membuat segalaku menjadi ngilu
mengisi sakit yang lama ku tiadakan
sampai batang pena runtut ceritaku kehilangan tinta


lunglai ku temui selembaran kenang tertatih
meleburkan senyum dalam hitung jemari
menggoreskan duka yang terkubur bersama tanah merah taun lalu





0 komentar:

Post a Comment