April 18, 2012

Kisahan


ku bagi kisahku dengan para lanang. Dengan puluhan lelaki yang datang dan pergi tanpa permisi. Sejak para teman masih menggelindingkan kelereng dan memainkan boneka, aku telah menekuri romansa monyet muda, bermain – main dengan rasa yang datang tanpa undangan. 

Ya, cinta. Orang dewasa bilang itu cinta. Dan kataku, cinta adalah sekisahan jalang yang dimulai dengan kejalangan pula. Dimulai ketika benih rasa yang belum waktunya menyemai tapi malah tersiram oleh hujan yang entah, sebuah kebetulan atau tertakdirkan sebelumnya menggerojok ketika gersang menampakkan kuasanya. 

Segala kejalangan dimulai ketika kadang aku masih mengucurkan ompol di kasur tempat tidurku. Ketika kadang ingus masih membekas di kedua lubang hidungku. Ketika aku masih berlompatan sana – sini menggunakan tali dengan kuncir dua terayun – ayun di kepala. Tak terlewatkan juga saat putih biru abu-abu. Dan itu berlanjut sampai seragam sekolah ku tanggalkan. Dan bahkan ketika gelar sarjana hampir tersematkan semuanya masih sama dan tidak ada yang berubah. Kadang aku bingung, mencoba mencerna fenomena luar biasa yang aku yakini hanya sedikit orang yang prnah mengalami. 

Aku punya banyak lanang. Kamu?

Romansa. Cinta. rasa. Misteri kejalangan yang dimainkan secara apik oleh lakon yang bernama manusia.
Rasaku gila ditempa masa. satu datang satu pulang. lewat kadang. mampir kemudian. sebentar. lama. bahkan menahan dalam tahunan. menahan dalam hitung bulan. dalam hitung hari. ah. gilaku rasa menjalani lakon jalang yang telah lama tersumpal di kepala. Bagaimana bisa? Bisa. sebab lanang adalah makhluk Tuhan paling indah yang tak pernah ku lewatkan kedipku tanpa memandangnya. jalangkan saja sekalian. tumpah ruahkan pesona yang menghadang di depan mata. aroma khas kelelakian serta jantan pribadinya membuatku mau tidak mau bertekuk lemas di hadapannya. Lanang, aroma lelakimu mencuat bahkan dari jarak seribu meter. Pesona. Atur ragamu membulatkan mataku.

hei, jalang lanang. begitu kau panggilku. dan jika tidak seperti itu, lalu kau namakan apa aku? yang sudah menjilat banyak bibir dan penderitaan? yang meretaskan kisah hampir sama dengan usia?


sebuah pengakuan, Surabaya 18-04-2012

0 komentar:

Post a Comment