April 20, 2012

Kuasa


potongan takdir terbaca menyala di depan mata. 
menyeringai menerima pengaduhan.
tunduk pada rebah kuasa yang berjejeran di lingkar malam

tangisku tertahan
tenggorokan tercekat tiada tahan
getarku terpaku di akhir senja
sang pengabar meneriakkan kabar duka

sentilan kuasa merebak di jalanan
tertanam bungkam nyaris meledak di bawah jembatan
aku tanyakan pada kuasa
atas hak apa penyakitan kau sarangkan padanya?

kuasa mengendali
aku bungkam lagi
kelakarku ter-uapi api
tangisku menjadi di kala sepi meronta minta mati

duka kubakukan ketika malam melolong minta tolong
ketika kamu terduduk diam tanpa kata sepotong
aku harus apakan kuasa
yang mendakwamu terbaring tanpa daya?

ku hirup pasrah yang mengembun di wajahnya
sampai desah menahan pagut bahagia
semburat ngilu datang menubi tanpa henti
menghujam hati membawa nyeri

aku jadikanmu gelisah, wahai kuasa
kenapa kau buramkan pelangi yang selalu singgah di matanya?
kenapa kau hapus garis tawa yang selalu terukir di pucuk bibirnya?
ada kesalkah kau pada ia?
sehingga bilur luka kau sandarkan padanya?

aku tangisi kuasa yang menjadikannya derita
sembari bungkam ku tata kata
ku jamu doa kepada pemilik kuasa
"Tuhan, jaga ia"


0 komentar:

Post a Comment