September 30, 2011

Heart

Sejak itu dimulainya ritual menyanyi bersama dalam setiap dering telpon, saling membalas lagu, dan saling bertukar kata dalam puisi. Segalanya berubah tanpa dia tahu kapan perubahan pola itu terjadi. Semuanya berjalan dengan ritme yang sama, teratur, dan menghasilkan hasil yang sempurna.

Heart.
Keping puzzle yang ku namai heart itu menemukan bagiannya yang lain.

Sedang aku tertidur pulas saat tiba-tiba dering telpon dari ponsel bututku menggaung dalam kamar mungil berukuran 2x3 meter persegi itu. Saat masih terpejam dengan tangan meraba-raba bawah bantal spongebob, menekan tombol ok ku dengar ada nyanyian Dealova mengalun dari seberang sana. Mataku seketika terbuka, mendadak seperti mendapat sentuhan magic aku bangun dan menajamkan pendengaranku. Suaranya merdu, lembut, dengan intonasi yang snaat jelas, serak suaranya menambah keseksian lagu itu. Arch....aku menjerit, pangeran mana yang datang dalam mimpiku ? Lalu ku perhatikan layar ponselku, hitam. Tak ada panggilan sama sekali. Sekali lagi aku mengeceknya. Oh Tuhan, aku sedang bermimpi. Setelah itu, kembali ku rebahkan badanku. Memejamkan mata. Namun, yanga da petikan gitar dengan penyanyinya masih terdengar jelas, sangat jelas malah.

Ku singkap tirai jendela depan kamarku, aku menjerit saat mendapati seorang lelaki yang begitu aku kenal telah berdiri di depan pagar besi tua rumah kosku. Segera ku larikan diri untuk membuka pintu. Dan dari sana aku bisa melihat jelas pertunjukannya, pintu terbuka lebar saat itu, aku berjalan kecil, pelan, menikmati suaranya yang merdu, petikan gitarnya yang membuat dadaku terguncang.

"kau seperti nyanyian dalam hatiku yang memanggil rinduku padamu...."

Ku bekap mulutku erat-erat demi menghindari pekikan suaraku yang tak tertahankan, yang telah mencekik leherku sendiri. Demi Tuhan, aku tak pernah menyangka bakal seperti ini. Tak pernah menyangka bahwa dia bakal melakukan seperti apa yang aku inginkan selama ini. Seperti yang sering aku katakan padanya bahwa aku ingin ditembak seseorang dengan sebuah nyanyian. Aku sedang tidak bermimpi kan ? lalu ku cubit sendiri pipiku yang memang tembem itu, auh...sakit.

Permainan gitarnya berhenti. lalu ditaruhnya gitar itu, disandarkannya pada pagar yang memisahkannya denganku. Dibukanya pintu pagar di depannya. Diseretnya kakinya ke arahku. Masih di tempat yang sama, wajahku memanas, memerah jambu, hatiku berbunga, kakiku linu tak bisa digerakkan, jantungku...oh jantungku berlarian....

"aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu. aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu"
"maukah kamu jadi pacarku Nit?" dia berlutut di depanku, memegang tangan kananku.
Arch. Panas bumi berpindah posisi. Segalanya berubah. Aku terjatuh....
Pangeran bergitarku....
Sambil menunduk, aku tersenyum malu, aku mengangguk ringan. Aku mengiyakan.
Dilepaskannya tanganku, dan aku bisa aku melihatnya melompat kegirangan.

Bahagia itu tak pernah memberi kabar kapan dia akan datang. Dia seperti angin, datang tiba-tiba saat panas mencengkeram gersang.
Dan hati juga begitu, tak pernah tahu kapan menemukan hatinya yang lain. tak ada aba-aba ataupun tanda sebelumnya.

 

0 komentar:

Post a Comment