September 24, 2011

Kepada Seorang Sahabat

kerinduan tak menyisakan ruang pengadu

air mata pertanda saja
sedang dada terguncang linu
hanya telinga mendengar saja

Aku tak tahu kenapa tiba-tiba saja begitu merindukanmu, teman ? ada rasa kehilangan yang begitu besar melandaku ketika takkan ku temukan kau di lebaran kali ini
Ada sebuah sesal yang menggerogoti ujung hati, membuatnya menyesak, lalu bertambah sakit ketika waktuku bersamamu ternyata dulu begitu ku sia-siakan, terlewatkan, ku abaikan...
Rasanya air mata pun tak sanggup melisankan rindu yang begitu membuncah di dalam dada Ta. aku benar-benar merindukanmu...

Aku merindukanmu, lisanku kelu Ta, terbungkam oleh suara tangisku sendiri.
Aku merindukanmu sahabat, inginku seperti zaman SD, SMP ketika kita masih duduk berdua, sebangku. tak peduli sedang dalam keadaan marahan, kita tetap berdua. kau ingat, berapa tahun kita berdua duduk dalam bangku yang sama ? mulai TK mungkin ya, SD, SMP.... hampir 10 tahun...aku kangen....kita besar bersama-sama, masih ingat kan bagaimana tingkah polah kita waktu kecil ? yang seringkali bertengkar? yang seringkali melemparkan mainan kita ke rumah masing2 ? ah, aku tergelak saat membuka kembali memori itu. saat kita sedang tertawa bersama, saat latihan atletik bersama, saat berangkat sekolah bersama, saat duduk bersama, saat kau nyontek PRku, saat kau nyontek kertas ujianku, hehehehe. saat semuanya. saat-saat indah yang sulit ku lisankan...

jarak memisahkan kita waktu SMA. saat itu aku memutuskan untuk sekolah di nganjuk, sedang kamu tetap di gondang. dari sanalah, sekat persaudaraan kita semakin melebar, semakin memperjauh hubungan kita, entah kenapa tiba-tiba saja tak ada sapa, tak ada obrolan, tak ada canda seperti sebelumnya. hubungan kita semakin merenggang. hampir tiga tahun kita berdiri dalam jalan yang berbeda. rumah kita berhadapan, kau temanku, sahabatku, saudaraku sendiri yang memang masih punya hubungan keluarga namun kenapa kita begitu jauh ? kita seperti orang asing, jika bertatap tak ada sapa, senyum pun tak ada, kita sama-sama melengos, tak menganggap adanya masing-masing. apakah seperti itu ? atau sebenarnya akulah yang salah ?

dan ketika masuk kuliah, telah dua semester. aku dikejutkan oleh kabar bahwa selama tiga tahun ini kau menganggapku sombong. deg. tertohok jantungku Ta. terpukul hatiku. perasaan sedih dan sesal merayap di hati. aku ingin menangis saat itu juga. benar, akulah yang salah. yang meninggalkanmu dalam keegoisanku sendiri, dalam kesombongan yang ku kobar-kobarkan. aku yang salah. maafkan aku telah melalaikanmu, saudara....akulah yang tak punya banyak waktu untuk sekedar mengobrol saja. dan aku menyesal terlambat mengetahui itu hingga masa-masa yang seharusnya bisa kita berdua lewati tertelan oleh egoku sendiri, maafkan aku....:'(

kau tahu, aku begitu merindukan masa-masa kita berdua ngaji bersama di masjid desa kita. saat itu kau adalah salah satu dari tiga biang kerok tukang onar di tempat ngaji. hahaha. kau adalah orang yang ceplas ceplos dan apa adanya yang suka mengganggu guru ngaji kita. kau adalah gadis tangguh, tegar. aku tahu itu dari dulu....
aku merindukan semuanya, semua tentangmu, terutama tawamu yang lebar yang selalu terdengar sampai rumahku itu

Juwita, pulanglah....aku merindukanmu nduk....Januari 2012 terlalu lama. kau tahu, beberapa hari yang lalu saat ngobrol bersama salah satu teman kita dan membicarakanmu, aku hampir menangis. aku benar kehilangan. di saat semua teman kita akan mengadakan kumpul, kenapa kau malah pergi jauh ? kau terlalu jauh, Ta...dan saat kau menelepon malam2 itu, diam-diam mataku berkaca-kaca, aku merindukan suara cemprengmu, ceplas-ceplosmu. aku merindukanmu saudaraku...
hei, kau baik-baik saja kan ? jaga kesehatan ya...

kami merindukanmu Ta...semua...
kalau kau menelponku saat ini (saat menulis note ini) past kau temukanku menangis. demi Tuhan, aku merindukanmu. merindukanmu :'(

Ya Allah, sampaikanlah salam sayangku untuk teman, sahabat, saudaraku di sana. jaga dia Ya Allah. Kau jauhkan dia dari kami, maka lindungi dia, sayangi dia :'(

terlalu banyak kenang yang terukir di dalam hati, terlalu banyak kenang yang tertancap di ujung mata, dan terlalu banyak cinta yang ku simpan untukmu saja, saudara...



0 komentar:

Post a Comment