September 30, 2011

You're My Everything to Me

Bersamamu adalah waktu terbahagiaku....

Tak pernah dia sebahagia ini. Menikmati tiap tetes hujan di bawah teduh halte bersama seorang yang begitu dia sayangi. Wajahnya merona tiap kali Rio membenarkan jaket yang dipakai Willi. Mereka seperti sepasang remaja SMA yang sedang dimabuk asmara. Setiap laku masing-masingnya menimbulkan rona merah jambu di wajah mereka. Pun ketika Willi tiba-tiba merangkul bahu Rio. Saling tatap. Lalu tersenyum memalu. Sungguh, mereka tak menyadari hadir orang lain di sana. Sebab yang mereka tahu, dunia milik mereka saja. Biarkan saja, ini dunia kami berdua. Kalian menyingkir saja. Batin keduanya bicara hal yang sama.

Dan hujan menghentikan guyurnya. Di bawah bekasnya mereka bergandeng tangan. Menyusuri kompleks perumahan Willi. Sedang satunya bersiul dan satunya tersenyum-senyum geli melihat tingkahnya sendiri.
"Rio, umur kita berapa ya?" tanya Willi tiba-tiba.
"kamu dua puluh lima Will, aku dua puluh enam" jawab Rio singkat tanpa tahu maksud pertanyaan Willi.
Dan Willi pun terkekeh, menutupi mulutnya karena tawanya hampir meledak. Rio menoleh, mengamati wajah kekasihnya. Heran. Bingung. Apa yang lucu ?
"kok ketawa Will?" Ternyata Rio tidak menyadari sama sekali.
"kita seperti ABG ya Ri?" jawab Willi sambil berjalan mundur di depan Rio tanpa melepas gandeng tangannya.
"kok bisa ? kita kan udah....." belum sempat meneruskan kalimatnya, Rio pun tiba-tiba tertawa lebar sampai putih gigi timunnya terlihat jelas, matanya menyipit, alisnya bertubrukan.
"hahahaha, ketawa Ri? tahu apa yang aku maksud?" Willi menunjuk hidung bangir kekasihnya.
"iya, aku tahu kok.." Dan tiba-tiba saja Rio meraih pinggang Willi. Menyuruknya ke dalam pelukannya. Menekan sampai Willi merasakan napas hangat Rio mengembun di depannya. Willi kaget sekaligus bingung dengan adegan tiba-tiba itu. Berusaha melepaskan diri namun pelukan Rio semakin kuat.
"biarkan seperti ini, Will. biarkan saja. Mumpung sepi. hehehehe" ucap Rio sambil mencium kepala Willi. Dan Willi pun akhirnya merapatkan pelukannya. Dilingkarkannya kedua tangan ke pinggang Rio. Merasakan hangat tubuh Rio di sela udara sekitar yang masih dingin setelah hujan tadi begitu nyaman. Menyandarkan kepalanya ke dalam dada bidang Rio begitu tenang.

"aku mencintaimu Will. aku mencintaimu seperti dulu aku menembakmu di depan teman-teman sekelasmu. masih ingat bagaimana wajahmu merah seperti udang rebus itu ? aku tergelak sekaligus senang saat tahu kau juga mencintaiku. kau tahu Will, kita sudah bersama sepuluh tahun namun cintaku padamu tak berkurang sama sekali, bahkan sekarang aku lebih cinta padamu, sangat mencintaimu"
Willi terdiam mendengarkan perkataan dan pengakuan Rio. Willi senang, wajahnya panas. Senyum tipis bertengger di bibirnya.

"You're my everything to me. You're my life. You are the most beautiful gift I've ever had. Stay with me please. Don't try to go because I would die. I love u. Will you marry me dear?"
Willi mendongak, memperhatikan bibir Rio yang masih berucap. Willi terkejut mendengar kalimat terakhir Rio. Dilihatnya mata bulat Rio yang bening. Ada kesungguhan di sana.
"Rio......" Willi terharu, air matanya menetes.
"mau gak ?" Rio mencoba menggoda Willi, "kalau gak mau ya gak apa-apa. aku bisa nyari wanita lain" dan Willi pun mencubit lengan Rio, "Aduh....." Rio meringis kesakitan.
"kok nyubit sich?"
"salah sendiri kok nakal" Wilii menekuk wajahnya, berpura-pura marah.
"only you....only you...." ucap Rio dan Willi pun tersenyum kembali.
"Can I answer that tomorrow?" ditatapnya mata Rio dengan penuh permohonan.
"No. I want now. I give you ten seconds to answer. One...two...three..."
"kok cuma sepuluh ?" Willi memberontak, namun Rio mengacuhkan
"four....five....six" Rio berpura-pura tak mendengarkan protes Willi
"Rio......."
"seven....."
"iya deh iya"
"eight..." dan Rio tersenyum menang.
"hm......" Willi sedang berpikir, memainkan matanya kemana-mana selain ke wajah Rio tentunya.
"hm ??? itu jawabnya ?" Rio mengangkat alis. Lalu tiba-tiba Willi merenggangkan pelukannya. Semakin renggang dan akhirnya melepaskan diri dari tubuh Rio. Rio bingung dengan sikap Willi, namun dibiarkannya saja gadisnya itu melepaskan pelukannya. Dan tiba-tiba saja Willi bergerak mundur, mundur, dan semakin menjauhi Rio.
"will....." Rio mencoba memanggil Willi yang sekarang telah berdiri sekitar lima meter di depannya. Willi tetap diam dan malah membalikkan badan.
"will..." Rio berteriak namun tidk beranjak dari tempatnya berdiri. Dilihatnya Willi terdiam. Namun, tba-tiba saja dia kembali membalikkan badan menghadap Rio, dan berteriak kencang...
"Yes, I'll marry yoooooou"
Rio tersenyum girang lalu berteriak tak kalah kencangnya dengan Willi"coba katakan sekali lagi. kurang keras Will!!!"
"gamau. aku gamau mengulanginya" Willi menjulurkan lidah dan berlari meninggalkan Rio sambil tertawa terbahak-bahak.
"oh....awas ya..." Rio pun ikut berlari untuk mengejar Willi. Dan sekarang mereka kembali ke zamannya SMA, berlarian tidak jelas di bawah pohon-pohon rindang, tertawa lepas, saling mencubit, dan menggelitiki masing-masing.
Akhirnya Rio berhasil menankap tubuh Wilii dan segera dipeluknya tubuh kurus gadisnya itu. Erat. Sampai sengal masing-masing bisa dirasakan. Dan Rio mengecup kening Willi.


"don't go. cause u're my everything to me"

0 komentar:

Post a Comment